Senin, 16 Februari 2009

DREAM THEATER - SYSTEMATIC CHAOS 2007

DREAM THEATER - SYSTEMATIC CHAOS 2007

SYSTEMATIC CHAOS

SYSTEMATIC CHAOS

Systematic Chaos adalah album studio ke 9 yang dihasilkan oleh band progressive metal ini dan merupakan album pertama Dream Theater dibawah label perusahaan Roadrunner Record.

Pembuatan/rilis

Album ini ditulis dan direkam dari bulan september 2006 hingga january 2007 di Avatar Studio New York dengan Mike Portnoy dan John Petrucci sebagai co-produser.

Mixing terakhir album ini dilakukan bertepatan dengan hari Valentine, 14 Februari. Sementara itu, pembuatan master CD dan daftar lagu dirilis pada tanggal 21 Februari, sedangkan peluncuran albumnya sendiri dilaksanakan pada tanggal 5 juni 2007.
Selain beredar dalam versi standar, diedarkan pula edisi spesial dalam bentuk DVD, yangberisikan isi dari CD standar dengan bonus dokumenter pembuatan album tersebut, “Chaos in Progress - The Making of Systematic Chaos”.

Lagu

Dalam interview dengan tama.com, mike portnoy menggambarkan album ini sebagai : “Berat dan berteknik, kuat dan dinamis - semua element yang diinginkan oleh para penggemar DT tersaji dalam albun ini, seperti kompilasi dari album-album DT terdahulu. Sangat dramatik dan agresif.”
50 orang penggemar DT yang berasal dari NY diberi kesempatan untuk berperan serta pembuatan album ini, kesempatan ini di berikan di forum internet mike portnoy. Dan hasilnya seperti yang terdengar pada suara latar di lagu “Prophets of War” dan juga pada lagu”In the Presence of Enemies Pt. 2″.
“Repentance“, lagu ke 5 dari album ini merupakan lagu ke 6 dari 12 langkah penanganan problem kecanduan alkohol yang dilakukan oleh Mike Portnoy, dan memuat bagian ke VIII dan ke IX, berikut lengkapnya :
Seri 1 : The Mirror - Awake
Seri 2 : Lie - Awake
Seri 3 : The Glass Prison - Six Degrees of Inner Turbulence : bagian I, II dan III
Seri 4 : This Dying Soul - Train of Thought : bagian IV dan V
Seri 5 : The Root Of All Evil - Octavarium : bagian VI dan VII
Seri 6 : Repentance - Systematic Chaos : bagian VIII dan IX

Lagu Constant Motion yang merupakan single pertama dari album ini dirilis pada 27 april 2007, dan disusul videonya ada 13 juli 2007. Sebelum diumumkan sebagai single, lagu ini diisukan bakal menjadi satu-satunya lagu instrumental dalam album ini, tetapi itu bukan masalah, nyatanya album ini menjadi album ke 3 tanpa track intrumental (selain Images and Words dan Octavarium).
Menurut Mike Portnoy (yang juga salah satu produser album ini), lagu “In the Presence of Enemies” di pecah menjadi 2 bagian, yang pertama ada di track pertama dan yang kedua ada di track terakhir, meskipun dipisah tetapi lagu itu tetap merupakan 1 kesatuan, dia menjanjikan bahwa kedua track tersebuat akan dimainkan secara berurutan dalam sesi live-nya. Teknik pemenggalan dalam lagu ini berbeda dengan pembagian pada lagu “A Change of Seasons” atau “Octavarium”, dengan teknik ini, maka lagu ini menjadi lagu kedua terpanjang milik dream theater.

Track listing

1. “In the Presence of Enemies Pt. 1” - 9:00 (Dream Theater, lyrics by Petrucci)
I. Prelude
II. Resurrection
2. “Forsaken” - 5:36 (Dream Theater, lyrics by Petrucci)
3. “Constant Motion” - 6:55 (Dream Theater, lyrics by Portnoy)
4. “The Dark Eternal Night” - 8:51 (Dream Theater, lyrics by Petrucci)
5. “Repentance” - 10:43 (Dream Theater, lyrics by Portnoy)
VIII. Regret
IX. Restitution
6. “Prophets of War” - 6:01 (Dream Theater, lyrics by LaBrie)
7. “The Ministry of Lost Souls” - 14:57 (Dream Theater, lyrics by Petrucci)
8. “In the Presence of Enemies Pt. 2” - 16:38 (Dream Theater, lyrics by Petrucci)
III. Heretic
IV. The Slaughter of the Damned
V. The Reckoning
VI. Salvation

1. In The Presence of Enemies Pt. 1 - [5/5]
DT menulis salah satu epik terbaik sepanjang karirnya di album SC ini. Epik berdurasi kurang lebih 25 menit yang dibagi menjadi 2 bagian ini menunjukkan puncak kreatifitas mereka dalam menulis 1 konsep dalam lagu. Dimana sebuah komposisi musik yang mengikuti tema/lirik lagu bisa blend dengan sedemikian bagusnya. Dari overture yg megah, break di tengah lagu, dan pencapaian klimaks di akhir lagu yang dibuat sangat dramatis, dengan style khas mereka, ketat & kompleks. Plot yang sering kita temui jika kita menonton sebuah movie. Lagu bertema tentang seseorang yang mengabdikan jiwanya ke “Dark Master” ini dibuka dengan prelude sepanjang 5 menit yang sangat megah dan kompleks di semua unsur instrumen. Riff gitar JP bertempo sedang di awal bisa kita analogikan sebagai pengantar masuknya “The Dark Master”, menyelimuti jiwa sang karakter utama di cerita ini, sebuah kiasan akan sisi gelapnya. Riff yang di-harmonize dan iikuti oleh lead keyboard dengan sound yang unik dari JR sebelum masuk 1 unison yang luar biasa ketat sebagai pengantar ke theme lagu yang dibawakan dengan indah melalui interlude gitar JP, sangat melodik dan bernuansa kelam. Tidak ada yang istimewa sebenarnya dari vokal JLB di bagian pertama ini, hanya saja melodi yang kuat dan lirik yang bagus sudah merupakan kekuatan lagu ini, sehingga tetap menjadikan lagu ini enak diikuti. Backing vokal MP [di album ini rajin memback up vocal] yang bervokal berat juga ikut memperkuat karakter lagu ini. Bagian pertama ini ditutup dengan unison gitar & keyboard indah sebagai pengantar ke bagian ”break”. … to be continued

2. Forsaken - [5/5]
Jika album Octavarium mempunyai I Walk Beside You, di album SC ini DT menulis Forsaken yang bisa dibilang ngepop, dengan kerangka lagu yang sederhana, dan berkesan mellow. Kesan mellow ini diperkuat dengan vokal JLB yang dibuat ”moaning & whining”, terutama di chorus-nya, style khas JLB. Lagu yang melodik ini diback up bloking keyboard JR yang cukup dominan di sepanjang lagu. Fill-fill gitar JP yang menimpali vokal JLB di chorus juga ikut memperindah lagu ini. Tapi DT sepertinya ingin menunjukkan, bahkan di lagu yang mellow seperti Forsaken inipun kesan ”heavy” masih bisa terdengar, bisa terdengar dari riff-riff gitar & bass yang berat mengiringi verse-verse lagu ini.

3. Constant Motion – [5/5]
Di bonus DVD album ini, MP menyebutkan bahwa ide menulis lagu ini adalah kiasan dari OCD dia, Obsessive Compulsive Disorder. Pola hidup yang dialaminya dan apa yang ada di kepalanya selama 24 jam, baik untuk band atau project-project dia, sangat konstan. Pola yang konstan juga mengiringi lagu ini, dengan tempo yang dinamis, diiringi riff gitar yang ”wide” dan cukup ”twisty”. Lagu yang sepertinya akan menjadi lagu wajib di live2 mereka, terutama karena sangat pas buat headbang. Agak disayangkan mereka masih saja mengadopsi style vokal milik Metallica, seperti yang sudah mereka di album Train of Thought. Tapi DT tetap mengembangkannya dengan kreatifitas mereka, terutama dengan backing vokal MP, lebih memberi kesan rap atau hip-hop. 1 section yang agak fungky di tengah-tengah lagu memberi warna lain di lagu ini. Fill-fill drum MP memainkan tom-tom & simbal sangat asik dinikmati di bagian itu. Satu entrance yang unik mengantar duel lead gitar JP & keyboard JR di tengah lagu.

4. The Dark Eternal Night – [4.5/5]
Satu contoh lagi komposisi musik yang blend dengan liriknya bisa didengar di lagu ini. Tema lagu tentang monster dari masa lampau yang seram & gelap seperti bisa kita rasakan begitu mendengar riff gitar JP yang crunchy dan berdistorsi berat. Riff bertempo sedang ini diperberat dengan hentakan dobel bass drum MP. Demikian juga bagian vokalnya yang dibackup dengan distorsi yang berat. Kombinasi yang sesuai dengan penggalan liriknya ”…waves of destruction”. Meskipun demikian agak aneh sebenarnya mendengar vokal ”moaning” JLB di bagian verse menjelang chorus, seperti kurang menyatu dengan bagian yang lain. Kesan ”chaos” [ada di penggalan liriknya] bisa kita dengarkan di instrumental section. Dengan tempo yang berubah-ubah, dimana gitar & keyboard saling bergantian mengisi lead, semua instrumen sibuk mengisi rythm parts dan menjaga tempo di mana 1 section mengambil lead, khas DT. Outro lagu ini seperti menjadi ”party section” buat JR mengumbar lead-nya, dengan efek yang sangat seram dan diiringi rythm gitar bersenar 7 dengan distorsi berat & kasar, seperti mengiringi sang monster yang membuat keonaran. A perfect song for headbanging.

5. Repentance – [3/5]
Agak berlebihan sebenarnya DT menulis lagu ini, apalagi dengan durasi nyaris 11 menit. Lagu yang bernafaskan Pink Floyd, mellow, kelam & pshycedelic ini mirip dengan beberapa lagu di album Octavarium. Meneruskan tulisan MP akan pengalaman melepaskan diri dari ketergantungan alkohol, lagu ini berisi bagian ke 8 & 9 dari 12 program ”Alcoholics Anonymous”, lanjutan dari The Glass Prison, This Dying Soul, & The Root of All Evil. Lagu ini juga disisipi potongan pengakuan dari beberapa rocker, termasuk Joe Satriani, Daniel Gildenlow, David Ellefson, Neal Morse. Unsur akustik dan lead gitar di tengah lagu ini menambah kesan melodik di lagu ini. Di bonus DVD-nya MP menyatakan salah satu ide kenapa lagu ini dibikin ballad yang lambat, adalah jika suatu waktu semua bagian lagu tentang cerita di atas selesai dan dibawakan secara live, lagu ini adalah sebagai break-nya.
Fyuuh…tentu akan merupakan pengalaman yang sangat berat bagi para penontonnya.

6. Prophets of War – [4/5]
Muse di mata DT sepertinya dianggap band yang istimewa, setelah di album Octavarium mereka membuat beberapa lagu yang mengambil “Muse section”, ternyata DT mengulanginya di album SC ini. Bagi yang familiar dengan Muse tentu akan langsung menyamakan intro Prophets of War ini dengan keyboard movement part khas Muse [Take a Bow]. Demikian juga bagian verse yang bertempo sedang dan dinamis, mengingatkan lagu Knights of Cydonia. Lengkap juga dengan kocokan gitar JP di bagian chorus ala Matt Bellammy di album Absolution, gaya kocokan yang juga mirip dengan style Foo Fighter. Lagu yang minus lead-lead khas DT ini tetap menarik disimak, simak permainan drum MP yang dinamis di sepanjang lagu, nyaris tidak ada space kosong karena diisi dengan fill-fill tom, cymbal maupun hit-hat, meskipun tetap konstan menjaga tempo lagu. Dari melodi vokal juga cukup kuat, ditambah variasi melodi di chorus terakhir. Hanya saja MP memaksakan diri dengan menambahkan rap section di tengah-tengah lagu, cukup mengganggu. Seruan backing vokal yang menyerukan penggalan lirik “Time for Change” yang diisi beberapa fans yang diundang ke studio seakan-akan mewakili warga Amerika yang banyak menyerukan hal sama, seperti lirik yang ditulis JLB menyinggung peran Amerika di perang Irak, yang masih terus diperdebatkan.

7. The Ministry of Lost Souls – [5/5]
Lagu semi epik yang diawali ballad yang melodik dan agak mellow, diperkuat dengan bloking keyboard JR yang cukup dominan. Vokal di awal-awal lagu sedikit mengingatkan akan lagu Octavarium. Tapi di TMoLS ini dibuat lebih melodik, terdengar dari melodi vokal, harmonisasi vokal dengan backing-nya, dan interlude gitar JP di bagian awal lagu ini. Transisi antara bagian awal ke bagian instrumental di tengah-tengah lagu dilewati dengan perpindahan chord yang cukup halus. Selanjutnya di tengah-tengah lagu kita bisa menikmati instrumental section khas DT, diawali rif-riff yang ketat dengan ketukan yang agak lambat, yang disusul duel lead & unison keyboard & gitar lead yang indah. Lagu ini berlanjut ke bagian yang tetap bernuansa ballad dan diakhiri outro panjang. Outro yang diisi lead gitar JP ini mengingatkan kita akan interlude panjang di bagian akhir lagu Finally Free, dimana MP dibebaskan mengisinya dengan d drum solo yang panjang [terutama di saat live]. Di sini bisa kelihatan uniknya DT, di mana sebuah interlude bukan hanya sekedar sebagai lead saja, tetapi sekaligus penjaga tempo di saat instrument yang lain berimprovisasi dengan lead-nya. Hal yang kadang luput dari pengamatan banyak orang.

8. In The Presence of Enemies Pt. 2 - [5/5]
Break lagu ini bernuansa sangat kelam, dentuman bas JM memainkan sedikit note yang diulang-ulang dan efek sound yang phsycedelic mengantar vokal pelan JLB. Perlahan-lahan tempo lagu menaik dengan masuknya drum MP, musiknya juga semakin kompleks, seperti sebagai pengantar kembali ke inti cerita di lagu ini. Di bagian 2 ini bagian vokalnya juga lebih dibuat sangat variatif. Dari awal lagu yang pelan sampai di tengah lagu yang dinamis, termasuk bagian interaksi vokal utama & backing vokal yang rancak, diikuti riff gitar tiap baitnya, sangat menarik. Benang merah antara Pt. 1 & Pt. 2 selain dari segi lirik, sebenarnya juga dari segi musiknya. Beberapa bagian progresi chord yang ada di Pt. 1 bisa ditemui juga di Pt. 2, tapi dengan orkestrasi yang berbeda. Sebuah komposisi yang sistematis. Itu merupakan salah satu pattern DT dalam menulis lagu, konsep yang bisa ditemui di Scenes From a Memory & Six Degrees of Inner Turbulence. Yang masing-masing mempunyai “overture” dengan base chord yang dipakai juga di bagian lain dari lagu tersebut. Bagian akhir ITPoE juga sebagai contoh pattern di atas. Di mana unison gitar & keyboard yang sangat ketat yang ada di bagian prelude, juga menjadi semacam “pintu keluar” dari lagu ini. Disusul dengan ”reprise” yang megah dan teriakan JLB yang lantang seperti menjadi klimaks inti cerita di lagu ini dimana sang karakter utama seperti menemukan jiwanya dan tidak mengabdikan diri ke ”The Dark Master”.
Di bonus DVD diperlihatkan proses pengambilan suara di bagian terakhir tersebut, yang ternyata cukup lucu, di mana JP berusaha mengarahkan bagaimana JLB harus mendalami liriknya, meneriakkan dengan emosi, sambil sedikit mencontohkan dengan emosi, namun terdengar lucu, ”i do not fight for you, fuckin’ dick!” ;-)

Working titles

Seperti yang tampak pada DVD “Chaos in Progress - The Making of Systematic Chaos“, penamaan list sewaktu proses [perekaman adalah sebagai berikut :

1. “The Pumpkin King” (In The Presence Of Enemies)
2. “Korma Chameleon” (Constant Motion)
3. “Carpet Babies” (Prophets Of War)
4. “Schindlers Lisp” (The Ministry Of Lost Souls)
5. “N.A.D.S” (The Dark Eternal Night)
6. “Jetlag” (Forsaken)
7. “Fisheye” (Repentance)

0 komentar: